Syahdan hiduplah seorang yang shaleh di lereng gunung bersama seorang
istrinya. Di sela sela tugas dakwahnya dia berkewajiban untuk memenuhi
kebutuhan keluarganya. Mulai dari bahan pokok sampai kayu bakar untuk memasak.
Kayu bakar menjadi bagian yang harus dia lakukan sendiri karna dia tak
mampu membayar orang untuk itu. Dia harus menyusuri hutan yang jauh dari
rumahnya untuk mengumpulkan kayu kering yang jatuh di bawah pohon pohon besar.
Setelah terkumpul, kayu bakar ini harus dibawa pulang. Tentu saja bukan suatu
pekerjaan ringan mengingat bobot kayu ini mencapai seratusan kilogram ditambah
jarak dari hutan ke rumah sekaligus kontur naik turun pegunungan menjadikannya
lemah untuk membawa pulang.
Namun dia tak berani pulang tak igin mendengar omelan kasar istrinya
meskipun dia telah sabar atas tindakan istrinya tersebut. Seperti hari hari
sebelumya, harimau dari semak semak hutan mendekat dan menawarkan punggungnya
untuk dinaiki kayu kayu bakar tersebut. Hal ini dia lakukan bertahun tahun
sehingga beberapa orang yang memergokinya berjalan beriringan dengan harimau
buas membawa kayu bakar yagn dia kumpulkan dari hutan. Mereka merasa heran
dengan pemandangan tak jamak ini namun orang awam di sana memakluminya karna
mereka menganggap dia adalah orang shaleh yang pantas mendapakat anugrah
seperti ini.
Beberapa tahun berlalu. Penduduk sekitar melihat perubahan yang tak
biasanya dilalui orang shaleh ini. Kali ini mereka melihat orang shaleh ini
harus susah payah memanggul hasil kayu yang dia kumpulkan dari hutan belantara
tanpa bantuan harimau buas yang kerap memangsa manusia juga.
Salah satu dari mereka berhasil menyusulnya karna ingin sekali bertanya
kenapa perubahan ini. Apakah sang orang shaleh ini telah menjadi orang awam.
Apakah orang shaleh ini telah melakukan dosa besar sehingga mencabut maqomnya dari
orang orang shaleh yang mendapatkan karamah??
“Wahai tuan...bolehlkah saya bertanya?” sapa seseorang penduduk di sekitar
hutan tersebut.
“Silahkan tuan...” orang shaleh tersebut mempersilahkan orang tersebut
untuk bertanya.
“Dulu aku lihat tuan dibantu oleh harimau buas untuk membawa kayu kayu
bakar yang berat ini dari hutan hutan yang jauh dari rumah tuan. Kemana
sekarang harimau tersebut? Sudah matikah? Atau ada alasan lainnya tuan?”
Dia mengintrogasi orang shaleh tersebut.
“ Begini tuan...bukan begitu ceritanya....” Orang shaleh tersebut memulai
ceritanya.
“tuan benar dulu saya dibantu oleh harimau untuk membawa pulang kayu kayu
bakar yang saya kumpulkan dari hutan hutan belantara.namun sekarang ini harimau
itu tak mau datang lagi dikarnakan dulu aku bersabar dengan cacian dan omelan
istriku. Berwasilah dengan kesabaranku terhadap istriku yang selalu menyakitiku
itulah Allah menjinakkan Harimau buas untuk menolongku dari pekerjaanku mencari
kayu bakar di hutan.Sekarang istriku tersebut sudah wafat dan aku menikah
dengan wanita yang shalihah, lembut tutur katanya dan hatinya penuh kasih
sayang namun Allah telah mencabut karamah Nya yang menjadikan Harimau buas
jinak dan patuh atas perintahku..”
Atas keterangan ini, penduduk menjadi sangat takjub dan mendapatkan hikmah
yang luar biasa dalam hidup berumah tangga.
Saudaraku yang budiman. Seorang Mukmin itu selalu menakjubkan semua
urusannya. Kalau dia mendapatkan hal yang tidak menyenangkan maka dia bersabar
dan ketika dia mendapatkan hal yang menyenangkan maka ia bersyukur.
Dan dalam kisah diatas, hal yang negatif menurut pandangan manusia bisa
menjadi berkah dan wasilah dalam mendekatkan diri kepada Allah subhanahu
wata’ala.
Intisari Kisah :
1. Istri adalah anugrah Allah
subhanahu wata’ala betapapun dia tak bersesuaian dengan keinginan kita.
2. Keutamaan Bersabar
terhadap sikap perangai buruk istri .
3. Mempunyai keyakinan bahwa
Istri yang berperangai buruk adalah ujian dari Allah. Dan ujian tidak
didatangkan oleh Allah untuk menghancurkannya akan tetapi untuk mengangkat
derajatnya jika bersabar dan ridho terhadap keputusan Nya.
4. Bersabar terhadap perangai
buruk istri menjadi salah satu wasilah turunnya khawariqul aadah atau karamah
bagi para wali wali Nya atau maunah bagi orang orang biasa yang bukan wali.
5. Seorang yang beriman mampu
memahami kehendak Allah yang jika DIa berkehendak hal hal yang negatif bisa
menjadi hal yang positif.
Comments
Post a Comment